Mimpi Seorang HRD: Bukan Cuma Tentang Karyawan, Tapi Tentang Manusia

Kalau boleh jujur, jadi HRD tuh sering banget dapet label aneh-aneh.
Mulai dari “polisi kantor”, “pembela perusahaan”, sampai “musuh bersama saat review tahunan.”
Padahal, kalau ditanya kenapa saya masuk dunia HR, jawabannya nggak sesimpel ngurusin absensi atau ngejar KPI rekrutmen.

Mimpi saya sederhana: saya cuma pengin bikin tempat kerja yang lebih manusiawi.


Karena di Balik Setiap Karyawan, Ada Cerita

Setiap orang yang saya temui di proses rekrutmen, onboarding, hingga exit interview—selalu datang dengan cerita masing-masing.

Ada yang kerja sambil kuliah malam.
Ada yang jadi tulang punggung keluarga.
Ada yang habis kena PHK dan masih trauma, tapi tetap berusaha kelihatan kuat.

Dan saya belajar satu hal: kita nggak bisa memperlakukan orang hanya sebagai “karyawan”.
Mereka manusia. Punya beban, punya mimpi, punya harapan yang nggak kelihatan di data presensi atau KPI bulanan.


HRD Itu Harus Dengar, Bukan Cuma Suruh

Saya pernah denger seseorang bilang, “HR itu kerjaannya nyuruh-nyuruh, tapi nggak pernah dengerin.”

Ouch.
Tapi ya… kadang benar.

Makanya saya bermimpi jadi HRD yang hadir, bukan cuma “ada.”
Yang dengerin bukan cuma laporan, tapi juga unek-unek.
Yang berani bilang, “Kamu butuh istirahat,” sebelum orang itu jatuh burnout.
Yang ngerti kalau orang nggak selalu bisa perform maksimal, dan itu bukan berarti mereka malas—mungkin mereka sedang berjuang dengan hal yang nggak kelihatan.


Tempat Kerja Sehat Bukan Bonus, Tapi Kebutuhan

Banyak orang bilang:

“Yang penting kerjaan beres. Masalah pribadi? Taruh di luar kantor.”

Tapi, halo… kita ini manusia. Bukan robot yang bisa klik tombol “off” untuk emosi.

Mimpi saya: kantor jadi tempat yang nggak bikin orang merasa kecil.
Tempat di mana bisa bilang “aku nggak baik-baik aja hari ini” tanpa takut di-cap drama.
Tempat di mana manajer bukan cuma mikirin target, tapi juga mikirin siapa yang lagi butuh dukungan.


HRD Juga Manusia, Lho

Iya, kami juga bisa salah.
Kadang ada keputusan yang bikin nggak nyaman.
Kadang kita juga ikut mikir keras, galau, bahkan ngerasa gagal.

Tapi di balik semuanya, kami berusaha.
Karena kami percaya, bekerja di dunia HR bukan cuma tentang sistem dan struktur. Tapi tentang perasaan dan pertumbuhan.


Akhir Kata: Mimpi Ini Masih Panjang, Tapi Bukan Mustahil

Saya nggak naif. Saya tahu nggak semua tempat kerja bisa langsung berubah jadi ideal.
Tapi kalau ada satu langkah kecil yang bisa bikin satu orang merasa lebih dihargai—buat saya, itu cukup sebagai awal.

Karena di akhir hari, kita semua cuma manusia yang pengin merasa dihargai, didengar, dan diberi ruang untuk jadi versi terbaik dari diri sendiri.

Dan kalau saya bisa jadi bagian dari itu, walau cuma sedikit, saya akan terus berjalan.


Kalau kamu juga pernah merasa tempat kerjamu terlalu “kaku” buat jadi tempat tumbuh, atau justru punya pengalaman baik yang bikin kamu merasa ‘dilihat’ sebagai manusia—ceritain di komentar ya.
Kita butuh lebih banyak cerita yang memanusiakan dunia kerja. 🌿

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *